Rabu, 12 Oktober 2011

Asuhan Keperawatan Asma Bronkhialis

A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan yang lalu
  • Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
  • Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/faktor lingkungan.
  • Kaji riwayat pekerjaan pasien.
2. Aktivitas
  • Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
  • Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari.
  • Tidur dalam posisi duduk tinggi.
3. Pernapasan
  • Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
  • Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
  • Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu, melebarkan hidung.
  • Adanya bunyi napas mengi.
  • Adanya batuk berulang.
4. Sirkulasi
  • Adanya peningkatan tekanan darah.
  • Adanya peningkatan frekuensi jantung.
  • Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
  • Kemerahan atau berkeringat.
5. Integritas ego
  • Ansietas
  • Ketakutan
  • Peka rangsangan
  • Gelisah
6. Asupan nutrisi
  • Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
  • Penurunan berat badan karena anoreksia.
7. Hubungan sosial
  • Keterbatasan mobilitas fisik.
  • Susah bicara atau bicara terbata-bata.
  • Adanya ketergantungan pada orang lain.
8. Seksualitas
  • Penurunan libido


B. Diagnosa Keperawatan
  1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b/d bronkospasme.
  2. Malnutrisi b/d anoreksia.
  3. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen (spasme bronkus).
  4. Risiko tinggi terhadap infeksi b/d imunitas yang tidak adekuat.
  5. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi; salah mengerti.


C. Intervensi, Rasional, dan Kriteria Hasil
Dx. Kep 1: Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b/d bronkospasme.
Intervensi :
  • Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, ex: mengi.
  • Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi.
  • Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan, penggunaan obat bantu.
  • Tempatkan posisi yang nyaman pada pasien, contoh: meninggikan kepala tempat tidur, duduk pada sandara tempat tidur
  • Pertahankan polusi lingkungan minimum, contoh: debu, asap dll.
  • Tingkatkan masukan cairan sampai dengan 3000 ml/ hari sesuai toleransi jantung memberikan air hangat.
  • Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi bronkodilator .
Rasional :
  • Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/tidak dimanifestasikan adanya nafas advertisius.
  • Tachipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stress/adanya proses infeksi akut.
  • Disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit.
  • Peninggian kepala tempat tidur memudahkan fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.
  • Pencetus tipe alergi pernafasan dapat mentriger episode akut.
  • Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, penggunaan cairan hangat dapat menurunkan kekentalan sekret, penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.
  • Merelaksasikan otot halus dan menurunkan spasme jalan nafas, mengi, dan produksi mukosa.
Kriteria Hasil: Klien mampu mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi bersih dan jelas.

Dx. Kep2: Malnutrisi b/d anoreksia
Intervensi :
  • Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kerusakan makanan.
  • Sering lakukan perawatan oral, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai.
  • Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.
Rasional:
  • Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena dipsnea.
  • Rasa tak enak, bau menurunkan nafsu makan dan dapat menyebabkan mual/muntah dengan peningkatan kesulitan nafas.
  • Menurunkan dipsnea dan meningkatkan energi untuk makan, meningkatkan masukan.
Kriteria Hasil: Klien menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.

Dx. Kep 3: Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen (spasme bronkus).
Intervensi:
  • Kaji/awasi secara rutin kulit dan membrane mukosa.
  • Palpasi fremitus
  • Awasi tanda vital dan irama jantung
  • Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA dan toleransi pasien.
Rasional:
  • Sianosis mungkin perifer atau sentral keabu-abuan dan sianosis sentral mengindikasi kan beratnya hipoksemia.
  • Penurunan getaran vibrasi diduga adanya pengumplan cairan/udara.
  • Tachicardi, disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat menunjukan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
  • Dapat memperbaiki atau mencegah memburuknya hipoksia.
Kriteria Hasil: Adanya perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan edukuat.

Dx. Kep 4: Risiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuat imunitas.
Intervensi:
  • Awasi suhu.
  • Diskusikan kebutuhan nutrisi adekuat.
  • Dapatkan specimen sputum dengan batuk atau pengisapan untuk pewarnaan gram, kultur/sensitifitas (kolaborasi).
Rasional:
  • Demam dapat terjadi karena infeksi dan atau dehidrasi.
  • Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi.
  • Untuk mengidentifikasi organisme penyebab dan kerentanan terhadap berbagai anti microbial.
Kriteria Hasil:
  • Teridentifikasinya intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi.
  • Adanya Perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang nyaman.

Dx. Kep 5: Kurang pengetahuan b/d kurang informasi ;salah mengerti.
Intervensi:
  • Jelaskan tentang penyakit individu.
  • Diskusikan obat pernafasan, efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan.
  • Tunjukkan tehnik penggunaan inhaler.
Rasional:
  • Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.
  • Penting bagi pasien memahami perbedaan antara efek samping mengganggu dan merugikan.
  • Pemberian obat yang tepat meningkatkan keefektifanya.
Kriteria Hasil: Klien menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.



Daftar Pustaka
  1. Price, Sylvia A, Patofisiologi. EGC. Jakarta, 2006.
  2. Vitahealth, Asma, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006.
  3. Smeltzer, Suzanne C, Keperawatan Medikal-Bedah, EGC. Jakarta, 2002.
  4. http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf
  5. http://dokterthesa.wordpress.com/category/asma-bronkial/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar